Aku, yang Kini Tertohok Rasa

Mengelola setiap jatah takdir dari galau yang kadang tak beralasan, dari sisa muhasabah yang sering meninggalkan jejak penyesalan. Memungut kepingan-kepingan laku diri yang terhempas di pelataran jiwa. 

Membingkai secuil asa dari rajutan niat yang sering merenggangkan jejaring yang memfilter penyakit hati.
Membidik rasa dalam kesempatan kebersamaan.
Engkau yang berjuluk manusia tangguh penuh keagungan, menawan hatiku di bui pesonamu. Hingga setiap lepas pandang yang melesat adalah detail indah dari sketsa hati yang telah menjadi milikmu. Membawa rasa ini dalam sepertiga malam, untuk hati yang kini tidak perawan lagi, hati yang telah kehilangkan kesuciannya seiring hadirnya wujud sempurna bayangmu di setiap angan.
Aku yang kalah, aku yang kini tertohok rasa.
Aku, yang ternyata tak bisa melesat cepat membawa rasa ini, hingga syetan berhasil hinggap. Dan seiring kesadaran, kiranya sang pemilik setiap hati halalkan perasaan ini dengan perjanjian agung. Namun di ujungnya, ketika prasasti itu ternyata ditakdirkan bukan untukku, aku tahu harus pasrah meski berurai air mata.
"Ketika bayangan wajahnya sering hadir di pelupuk mata 
Ketika derap langkahya menggetarkan jiwa 
Ketika kesempatan bersanding sudah tiada lagi asa
Lupakan dirinya, cari yang lebih sempurna"
Sepenggal bait dari buku "Kujemput Jodohku" karya Fadil Al-Ikhwani
***
Special to : Para jomblo yang lagi patah hati. => Tetaplah iffah ketika jatuh cinta.

0 Response to "Aku, yang Kini Tertohok Rasa"

Post a Comment

jangan lupa komentnya ya....