Karena Kamu Jauh, Puisi Ini Ada
“Dear… karena kamu jauh, puisi ini ada, dan
tercipta rajutan kata-kata melukiskan
kerinduan abadi, firasat terdalam berbisik
lembut meluluhkan jiwaku, karena aku
sayang kamu”.
Puisi terindah tertorehkan dimalam hening
remang-remang kelipan tujuh bintang,
menabur inspirasi ungu, tergambar
bayanganmu selalu mengihias sepiku, Karena
aku memujamu.
Aku selalu ada disini, didalam kamar kosong dan
dingin, mencoba menyentuh terangmu dan
merengkuh hangatmu ketika malam tiba.
Panggil saja namaku tatkala ada perasaan gundah
dan takut, jiwaku akan hadir dimalammu
mencerahkan warna-warna ruang hatimu..
Gelap dan terang menyapa, jika terangmu
singgah, bisikan ketelingaku bersama
bahagiamu, jika kamu terbalut gelap, aku
akan hadir disana menyembuhkan tetesan
luka perasaanmu, karena kita adalah satu
hati.
“Dear… aku bersedia bahagiakanmu dan
melindungi perasaan hati lembutmu, tak
akan pernah takut apapun yang akan
mengkoyak ketenangan cinta kita, karena
setiamu jadikan aku lebih kokoh”.
Jikalau aku mampu mengulang kembali waktu
bersamamu, bersanding manis ditepian
nyamannya sungai ini, melantunkan angan
masa depan.
Dan saat itu bibirmu selalu merekah lembut,
diiringi melodi kicauan burung semerdu
nyanyian alam yang merindu kasih.
Usikan-usikan cinta yang terkadang hadir bagai
busur menghunjam, ada kalanya aku terluka,
dan kamu juga terluka, namun ikatan cinta
tak mudah rapuh.
Setia kita menjadi perisai luka hati, aku relakan
kamu yang terpuja menjauh bersama asa
terpujimu dan semangat murni cita-citamu.
“Dear… waktu bagaikan angin yang singgah dan
pergi, mencintaimu beribu kesan yang
menjelma, tiap titik jejak kita dibelakang
adalah melodi dari cinta yang tak
terlupakan”.
Aku sejenak merasa haru, meneteskan air mata,
mencoba untuk mengerti dan berprasangka
jernih, ketika langkah kakimu menghilang
diantara keramaian.
Kini aku menyepi disini, termangu menatap riak
rintik-rintik hujan menyapa malam, terasa
dingin dihati, namun tetap kuterjaga menepis
segala kebekuan dihidupku.
Dalam kerinduan panjang, rela selalu terluka demi
kehadiranmu kembali, mewujudkan mimpi
kita yang tertunda.
Ada getaran rasa menyentuh sanubariku, dirimu juga
hanyut bersama sepi dibilik kerinduan, jiwaku
akan selalu hadir disisi kesendirianmu,
menganugrahkan pelukan kehangatan disetiap
tidur nyenyakmu.
Walau malam-malam kita dihiasi sepi, aku akan
selalu menantimu, seandainya saja kau
mengerti, aku selalu mengharap hadirmu,
karena aku sedang merindu dirimu.
Lagu-lagu romantis selalu membawa anganku
tentangmu, seandainya saja aku berada
bersamamu hari ini, kau tak akan sendiri lagi.
Harapanku ada disetiap langkahmu, cinta kita
semakin erat walau terpisah jarak, aku tidak
akan pernah melepaskan hati putih dirimu,
pasti selalu ada disini dan terjaga berjuta
kilauan kristal hingga akan menyilaukan
mereka yang hendak meraih hatimu.
“Dear… mimpikan aku malam ini, seirama
lantunan cakrawala malam dingin berhias
bulan membiru”.
Diheningnya hitam ini ingin aku dan kamu hadir
dalam dunia tidur lelapku, akan kubiarkan
tubuhmu bersandar didiriku.
Akan kupancarkan sinar murni cinta menembus
kejora bola bening matamu dan pantulkan
kembali kearahku yang berserah diri.
Dan segumpal awan memutih ditengah gelapnya
langit, timbul setitik kerlipan bintang bagai
lukisan sang maestro menghiasi hati gundah.
Lalu bibirku menyungging tersenyum kecil ada
secercah asa mekar bersemi hadirmu sudah
dekat.
“Dear… kubaca tulisanmu, disana ada kata-kata
terindah ibarat syair sang penyair pengagum
cinta membekas dihati ini.”
Terungkap seuntai kata yang tercipta dari
sanubarimu yang menggairahkan asaku, akan
kupegang syair-syair pasti darimu, aku tak
akan pernah lelah menunggumu disini.
Jemariku berkeringat membasahi pena klasik
berbulu merpati putih, seiring irama gejolak
hatiku.
Tinta keemasan mengukir untaian lantunan jiwa
yang memendam kerinduan diatas kertas yang
biru dan mewangi bunga lavender.
Kilatan cahaya menyambar kelam langit,
menuntunku kedunia khayal, betapa indahnya
ketika kupeluk dirimu dalam basah air hujan.
“Dear… seandainya saja kedua tanganku bermutasi
menjadi sepasang sayap merpati putih, akan
kuraih jarakmu dan kugapai bayanganmu,
dalam asuhan beremang kabut malam yang
tertembus berjuta kilauan misteri dari
angkasa malam”.
Hawa murni yang kuhisap dari udara terasa
menyengat dingin, ketika ada suara desiran
laut pantai menghantam butiran pasir putih,
perlahan kusimpan pena klasik ini diatas
kertas coretanku selembut-lembutnya.
Lalu berhambur keluar mencapai pantai, tapak
kaki-kakiku tercetak jelas dihamparan pasir
putih, dan kubelai-belai air ombak kecil yang
terasa hangat mengaliri sendi-sendi, dan
menaklukkan keteguhan rasa yang terdalam.
Bergetaran jemari tanganku sambil merengkuh
butiran pasir putih, lalu kuciptakan wajah
seseorang yang mempesonakanku.
Berdesir merambat darah segarku, mengaliri
lorong persendianku dan membangkitkan bulu
kudukku hingga aku terduduk berlutut,
meratapi sebuah hati yang mengharapkan
kasih seutuhnya dalam pelukan.
“Dear… ketika aura bulan biru memantul kelautan
raya, betapa sendu panorama malam pantai,
tercurah kisah lalu saat dirimu ada dalam
belaian dan kecupan lembut sepasang bibir
tulus yang menghargai indahnya cintamu”.
Aku mencoba melukis senyuman mesra dibibirmu,
yang terus mengilhami disetiap langkah
kehidupanku, takkala dalam waktu terindah,
tatkala dalam waktu terburuk.
“Dear… sedikitnya waktu saat kita dalam satu
naungan ruang cinta, dan aku baru tersadar
setelah dirimu tidak ada disini lagi, namun
aku tidak pernah berucap selamat tinggal”.
Berada dalam ruang jarak adalah tersulit,
dinaungi kesunyian panjang, melelahkan
selalu ada dalam bayangan mimpi-mimpi
semu, dan sesaat perasaanku terasa sakit.
Disela-sela duri menyembul pucuk-pucuk bunga
kerinduan, benang-benang merah jambu
terbentang melintasi lautan sebagai
jembatan mengikat erat hatimu, dan
sepertinya kamu ada disini, saat ini, juga hari ini.
Oleh : N.G. Dian
0 Response to "Karena Kamu Jauh, Puisi Ini Ada"
Post a Comment
jangan lupa komentnya ya....